Tathāgato balappatto loke appaṭipuggalo
Yesaṁ subhāvitattā kho samboddhuṁ paṭipannako
Dhamme sambujjhate samma klesaniddāya bujjhati
Tesampakāsakaṁ suttaṁ yaṁ so jino adesayi
Maṅgalatthāya sabbesaṁ taṁ suttantaṁ bhaṇāma se
Evam-me suttaṁ:
Ekaṁ samayaṁ Bhagava, Sāvatthiyaṁ viharati, Jetavane
Anāthapiṇḍikassa, ārāme. Tatra kho Bhagavā bhikkhū āmantesi,
“Bhikkhavo” ti. “Bhadante” te bhikkhū Bhagavato paccassosuṁ.
Bhagavā etad-avoca:
Pañcimāni bhikkhave balāni. Katamāni pañca: saddhābalaṁ
viriyabalaṁ satibalaṁ samādhibalaṁ paññābalaṁ.
Katamañca bhikkhave saddhābalaṁ: idha bhikkhave ariyasāvako
saddho hoti. Saddahati tathāgatassa bodhiṁ: iti pi so Bhagavā Arahaṁ
Sammā-Sambuddho, Vijjā-caraṇa-sampanno Sugato Lokavidū, Anuttaro
purisa-damma-sārathi satthā deva-manussānaṁ Buddho Bhagavā'ti.
Idaṁ vuccati bhikkhave saddhābalaṁ.
Katamañca bhikkhave viriyabalaṁ: idha bhikkhave ariyasāvako
āraddhaviriyo viharati, akusalānaṁ dhammānaṁ pahānāya, kusalānaṁ
dhammānaṁ upasampadāya, thāmavā daḷhaparakkamo
anikkhittadhuro kusalesu dhammesu. Idaṁ vuccati bhikkhave
viriyabalaṁ.
Katamañca bhikkhave satibalaṁ: idha bhikkhave ariyasāvako
satimā hoti, paramena satanepakkena samannāgato, cirakatampi
cirabhāsitampi saritā anussaritā. Idaṁ vuccati bhikkhave satibalaṁ.
Katamañca bhikkhave samādhibalaṁ: idha bhikkhave ariyasāvako,
vivicceva kāmehi vivicca akusalehi dhammehi, savitakkaṁ savicāraṁ
vivekajampītisukhaṁ paṭhamaṁ jhānaṁ upasampajja viharati,
vitakkavicārānaṁ vūpasamā, ajjhat taṁ sampasādanaṁ cetaso
ekodibhāvaṁ avitakkaṁ avicāraṁ, samādhijampītisukhaṁ dutiyaṁ
jhānaṁ upasampajja viharati, pītiyā ca virāgā upekkhako ca viharati
sato ca sampajāno, sukhañca kāyena paṭisaṁvedeti, yantaṁ ariyā
ācikkhanti upekkhako satimā sukkavihārīti, tatiyaṁ jhanaṁ
upasampajja viharati, sukhassa ca pahānā dukkhassa ca pahānā, pubbe
va somanassadomanassānaṁ atthaṅgamā, adukkhamasukhaṁ
upekkhāsatipārisuddhiṁ, catutthaṁ jhanaṁ upasampajja viharati.
Idaṁ vuccati bhikkhave samādhibalaṁ.
Katamañca bhikkhave paññābalaṁ: idha bhikkhave ariyasāvako
paññavā hoti, udayatthagāminiyā paññāya samannāgato, ariyāya
nibbedhikāya sammādukkhayagāminiyā. Idaṁ vuccati bhikkhave
paññābalaṁ.
Imāni kho bhikkhave pañca balānī'ti.
Idam-avoca Bhagavā. Attamanā te bhikkhū Bhagavato bhāsitaṁ,
abhinandunti.
Bala Suttaṁ niṭṭhitaṁ
Artinya :
Demikianlah yang telah saya dengar:
Pada waktu Sang Bhagavā sedang bersemayam di vihāra JETAVANA-ĀRĀMA
yang didirikan oleh ANĀTHAPIṆḌIKA di kota SĀVATTHĪ. Pada waktu itu
Sang BHAGAVĀ memanggil para bhikkhu: “Duhai, para Bhikkhu.” Para
bhikkhu segera menghadap Sang Bhagavā. Kemudian Sang Bhagavā
mengatakan kepada mereka:
“Duhai, para Bhikkhu, terdapat lima kekuatan. Apakah lima kekuatan
itu? Lima kekuatan itu adalah: KEKUATAN KEYAKINAN, KEKUATAN
SEMANGAT, KEKUATAN KESADARAN, KEKUATAN SAMĀDHI dan KEKUATAN
KEBIJAKSANAAN.
“Duhai, para Bhikkhu, bagaimanakah tentang KEKUATAN KEYAKINAN?”
Diterangkan-Nya sebagai berikut: “Duhai, para Bhikkhu, para Bhikkhu
(termasuk umat) adalah siswa-siswa yang baik di dalam BUDDHA-SĀSANA,
yang yakin akan sifat-sifat luhur Sang Bhagavā, Yang Maha Suci, Yang Telah
Mencapai Penerangan Sempurna; Sempurna pengetahuan serta tindaktanduk-
Nya, Sempurna menempuh Sang Jalan (ke Nibbāna), Pengenal segenap
alam; Pembimbing manusia yang tiada taranya, Guru para dewa dan manusia,
Yang Sadar (Bangun), Yang patut Dimuliakan.
“Duhai, para Bhikkhu, bagaimanakah tentang KEKUATAN SEMANGAT?”
Diterangkan-Nya sebagai berikut: “Duhai, para Bhikkhu, siswa yang baik di
dalam BUDDHA-SĀSANA ini bersemangat untuk menghindari AKUSALAKAMMA,
bersemangat untuk banyak berbuat (mengumpulkan) KUSALAKAMMA.
Mereka tekun, teguh, tidak mudah patah semangat, memperhatikan
KUSALA-DHAMMA (hal-hal yang baik). Inilah KEKUATAN SEMANGAT.
“Duhai, para Bhikkhu, bagaimanakah tentang KEKUATAN KESADARAN?”
Diterangkan-Nya sebagai berikut: “Duhai para Bhikkhu, siswa yang baik di
dalam BUDDHA-SĀSANA ini memiliki KESADARAN yang baik. Mengingat
tindakan yang pernah diperbuat; dan yang telah dibuat masih diingat;
mengingat perkataan yang pernah diucapkan; dan yang telah dibicarakan
masih diingat. Inilah KEKUATAN KESADARAN.
“Duhai, para Bhikkhu, bagaimanakah tentang KEKUATAN SAMĀDHI?”
Diterangkan-Nya sebagai berikut: “Duhai, para Bhikkhu, siswa yang baik di
dalam BUDDHA-SĀSANA ini memiliki KEKUATAN SAMĀDHI yang baik.
Mereka memiliki SAMĀDHI yang sempurna, dan diterangkan-Nya sebagai
berikut: “Demikianlah ia (bhikkhu) menjauhkan diri dari keinginan nafsu indria, dan berdiam dalam Jhāna Pertama, yakni suatu keadaan batin yang
bergembira (Pīti) dan berbahagia (Sukha), yang masih disertai dengan
Vitakka (pengarahan pikiran pada objek) dan Vicāra (usaha mempertahankan
pikiran pada objek). Kemudian setelah membebaskan diri dari Vitakka dan
Vicāra, ia memasuki dan berdiam dalam Jhāna Kedua, yakni keadaan batin
yang bergembira dan bahagia, tanpa disertai dengan Vitakka dan Vicāra.
Selanjutnya dalam keadaan batin seimbang yang disertai dengan perhatian
murni dan jelas, tubuhnya diliputi dengan perasaan bahagia yang dikatakan
oleh Para Ariya sebagai 'Kebahagiaan yang dimiliki oleh mereka yang hatinya
seimbang dan penuh perhatian murni' dan ia memasuki dan berdiam dalam
Jhāna Ketiga. Kemudian dengan menyingkirkan perasaan bahagia, dengan
menghilangkan perasaan senang dan tidak senang yang telah dirasakan
sebelumnya, ia memasuki dan berdiam dalam Jhāna Keempat, yakni suatu
keadaan yang benar-benar seimbang, yang memiliki perhatian murni (Sati-
Parisuddhi), bebas dari perasaan bahagia dan tidak bahagia. Demikianlah
pelaksanaan Samādhi.
“Duhai, para Bhikkhu, bagaimanakah tentang KEKUATAN
KEBIJAKSANAAN?” Diterangkan-Nya sebagai berikut: “Duhai, para Bhikkhu,
siswa-siswa di dalam BUDDHA-SĀSANA ini memiliki KEBIJAKSANAAN.
Mereka memiliki KEBIJAKSANAAN yang sempurna, yang bisa mengingat akan
muncul dan lenyapnya segala sesuatu. Ini adalah KEKUATAN
KEBIJAKSANAAN.
“Duhai, para Bhikkhu, hal-hal yang diterangkan inilah yang dinamakan
Lima Kekuatan.”
Setelah Sang Bhagavā selesai berkhotbah, para bhikkhu gembira dan
senang hati.
No comments:
Post a Comment