Sunday 26 April 2015

SĀRĀṆĪYADHAMMA SUTTAṀ

Samaggakaraṇo buddho sāmaggiyaṁ niyojako,
Samaggakaraṇo dhamme sārāṇīye adesayi,
Aññamaññaṁ piyataya sādhino gāravassa ca,
Saṅgahāyāvivādāya sāmaggiyekatāya ca,
Saṁvattanteva bhikkhūnaṁ dhammena paṭipajjataṁ,
Tesampakāsakaṁ suttaṁ yaṁ sambuddhena bhāsitaṁ,
Sutvānānukaraṇena yathā buddhena desitaṁ,
Sādhūnaṁ atthasiddhatthaṁ taṁ suttantaṁ bhaṇāma se:
Evam-me sutaṁ:
Ekaṁ samayaṁ Bhagavā, Sāvatthiyaṁ viharati, Jetavane
Anāthapiṇḍikassa, ārāme. Tatra kho Bhagavā bhikkhū āmantesi,
“Bhikkhavo” ti. “Bhadante” te bhikkhū Bhagavato paccassosuṁ.
Bhagavā etad-avoca:
“Chayime bhikkhave dhammā sārāṇīyā piya-karaṇā garu-karaṇā,
saṅgahāya avivādāya sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattanti. Katame cha?
“Idha bhikkhave bhikkhuno, mettaṁ kāya-kammaṁ
paccupaṭṭhitaṁ hoti, sabrahmacārīsu āvi ceva raho ca. Ayampi
dhammo sārāṇīyo piya-karaṇo garu-karaṇo, saṅgahāya avivādāya
sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattati.
“Puna caparaṁ bhikkhave bhikkhuno, mettaṁ vacī-kammaṁ
paccupaṭṭhitaṁ hoti, sabrahmacārīsu āvi ceva raho ca. Ayampi
dhammo sārāṇīyo piya-karaṇo garu-karaṇo, saṅgahāya avivādāya
sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattati.
“Puna caparaṁ bhikkhave bhikkhuno, mettaṁ mano-kammaṁ
paccupaṭṭhitaṁ hoti, sabrahmacārīsu āvi ceva raho ca. Ayampi
dhammo sārāṇiyo piya-karaṇo garu-karaṇo, saṅgahāya avivādāya
sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattati.
“Puna caparaṁ bhikkhave bhikkhu, ye te lābhā dhammikā
dhamma-laddhā, antamaso patta-pariyāpanna-mattampi, tathārūpehi
lābhehi appaṭivibhattabhogī hoti, sīlavantehi sabrahmacārīhi
sādhāraṇa-bhogī. Ayampi dhammo sārāṇīyo piya-karaṇo garu-karaṇo,
saṅgahāya avivādāya sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattati.
“Puna caparaṁ bhikkhave bhikkhu, yāni tāni sīlāni akhaṇḍāni
achiddāni asabalāni akammāsāni, bhujissāni viññūpasatthāni
aparāmaṭṭhāni samādhi-saṁvattanikāni. Tathārūpesu sīlesu sīlasāmaññagato
viharati, sabrahmacārīhi āvi ceva raho ca. Ayampi
dhammo sārāṇīyo piya-karaṇo garu-karaṇo, saṅgahāya avivādāya
sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattati.
“Puna caparaṁ bhikkhave bhikkhu, yāyaṁ diṭṭhi ariyā niyyānikā,
niyyāti takkarassa sammā-dukkhakkhāyaya, tathārūpāya diṭṭhiyā
diṭṭhi-sāmaññagato viharati, sabrahmacārīhi avi ceva raho ca. Ayampi
dhammo sārāṇīyo piya-karaṇo garu-karaṇo, saṅgahāya avivādāya
sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattati.
“Ime kho bhikkhave cha dhammā sārāṇiyā piya-karaṇā garukaraṇā,
saṅgahāya avivādāya sāmaggiyā ekī-bhāvāya saṁvattantī” ti.
Idam-avoca Bhagavā. Attamanā te bhikkhū Bhagavato bhāsitaṁ,
abhinandunti.
Sārāṇīyadhamma Suttaṁ niṭṭhitaṁ

Artinya :

Demikianlah yang telah saya dengar:
Pada waktu Sang Bhagavā bersemayam di JETAVANA-ĀRĀMA yang didirikan
Anāthapiṇḍika di kota SĀVATTHĪ. Pada kesempatan itu Sang Bhagavā
memanggil para bhikkhu: “Duhai, para Bhikkhu.” Para bhikkhu datang
menghadap. Sang Bhagavā bersabda:
“Duhai, para Bhikkhu, terdapat enam Dhamma yang bertujuan agar kita
saling mengingat, saling mencintai, saling menghormati, saling menolong,
saling menghindari percekcokan; yang akan menunjang kerukunan, persatuan
dan kesatuan:
“Duhai, para Bhikkhu, Bhikkhu di dalam BUDDHA-SĀSANA ini
memancarkan cinta kasih dalam perbuatannya terhadap mereka yang
menjalankan kesucian, baik di depan mau pun di belakang mereka. Hal ini
akan menunjang tujuan agar saling mengingat, saling mencintai, saling
menghormati, saling menolong, saling menghindari percekcokan; yang akan
menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan.
“Duhai, para Bhikkhu, masih ada lagi, yaitu: Bhikkhu di dalam BUDDHASĀSANA
ini memancarkan cinta kasih dalam ucapan terhadap mereka yang
menjalankan kesucian, baik di depan mau pun di belakang mereka. Hal ini
akan menunjang tujuan agar saling mengingat, saling mencintai, saling
menghormati, saling menolong, saling menghindari percekcokan; yang akan
menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan.
“Duhai, para Bhikkhu, masih ada lagi, yaitu: Bhikkhu di dalam BUDDHASĀSANA
ini memancarkan cinta kasih dalam pikiran terhadap mereka yang
menjalankan kesucian, baik di depan mau pun di belakang mereka. Hal ini
akan menunjang tujuan agar saling mengingat, saling mencintai, saling
menghormati, saling menolong, saling menghindari percekcokan; yang akan
menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan.
“Duhai, para Bhikkhu, masih ada lagi, satu hal yang telah diperoleh
dengan benar: dāna makanan *) yang diperoleh dengan menerimanya di
rumah umat atau di vihāra. Dāna makanan itu diterima sebagai milik
bersama, kemudian dibagikan pada sesama yang menjalankan SĪLA dan
KESUCIAN. Hal ini akan menunjang tujuan agar saling mengingat, saling
mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling menghindari percekcokan; yang akan menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan.
“Duhai, para Bhikkhu, masih ada lagi, yaitu: mereka yang bersama-sama
melaksanakan SĪLA dengan baik. Hal ini akan menunjang tujuan agar saling
mengingat, saling mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling
menghindari percekcokan; yang akan menunjang kerukunan, persatuan dan
kesatuan.
“Duhai, para Bhikkhu, masih ada lagi, yaitu: mereka yang mempunyai
pandangan yang sama. Hal ini akan menunjang tujuan agar saling mengingat,
saling mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling menghindari
percekcokan; yang akan menunjang kerukunan, persatuan dan kesatuan.
“Duhai, para Bhikkhu, enam Dhamma ini akan menunjang tujuan agar
saling mengingat, saling mencintai, saling menghormati, saling menolong,
saling menghindari percekcokan; yang akan menunjang kerukunan, persatuan
dan kesatuan.”
Sesudah Sang Bhagavā selesai berkhotbah, para bhikkhu gembira dan
senang hati.

No comments:

Post a Comment